Pembekalan KKN Pemberdayaan IPMAFA 2025: Dorong Mahasiswa Jadi Arsitek Perubahan Desa

Pati, 24 Juni 2025 — Institut Pesantren Mathali’ul Falah (IPMAFA) menegaskan komitmennya dalam mencetak agen perubahan desa melalui pembekalan Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang berlangsung selama dua hari, Selasa–Rabu (24–25 Juni 2025) di Aula 2 IPMAFA.

Dengan mengusung tema “Membangun Smart Village Berbasis Kearifan Lokal” dan menggunakan pendekatan ABCD (Asset-Based Community Development), mahasiswa peserta KKN 2025 dibekali tidak hanya teori, tapi juga metode yang kuat dalam menggali potensi desa berbasis aset lokal.

Pendekatan ABCD: Bangun dari Kekuatan Masyarakat

Dalam sambutannya, Wakil Rektor III IPMAFA, Wakhrodi, M.Si., menekankan pentingnya pendekatan ABCD yang menempatkan masyarakat sebagai subjek, bukan objek pembangunan. Mahasiswa diharapkan mampu memetakan berbagai aset desa—baik fisik, manusia, finansial, pendidikan, hingga sosial-keagamaan—sebelum merancang program pengabdian.

“Kegiatan pemberdayaan memerlukan keterampilan yang tidak hanya akademis, tapi juga kemanusiaan. Masyarakat punya banyak potensi. Mahasiswa harus belajar mengolah aset tersebut dan membangun partisipasi warga agar program berjalan berkelanjutan,” jelasnya.

KKN IPMAFA 2025 akan dilaksanakan selama 3 bulan dengan tahapan: pemetaan aset, penyusunan rencana aksi, mobilisasi potensi desa, hingga pelaksanaan program berbasis partisipasi masyarakat.

Ketua KKN IPMAFA 2025, Fajar Adhi Kurniawan, M.Si., menegaskan bahwa mahasiswa diberikan ruang yang luas untuk berkreasi dalam merancang program KKN. Namun, setiap ide tetap harus berada dalam koridor metode dan lima pilar KKN IPMAFA 2025.

“Kami meyakini bahwa melalui observasi yang mendalam dan terukur, mahasiswa mampu merancang program yang kuat secara konsep dan efektif saat diterapkan di lapangan,” tegasnya.

Fajar juga menambahkan bahwa pembekalan ini menjadi bagian penting dari kesuksesan pelaksanaan KKN karena di dalamnya tertuang metode yang perlu dipahami secara menyeluruh.

“Harapan kami, mahasiswa tidak hanya berkontribusi dari sisi pemikiran, tapi juga menghadirkan aksi nyata yang berdampak dalam peningkatan potensi aset desa,” ujarnya.

Terkait tantangan, panitia menyebut proses penyempurnaan metode KKN sebagai pekerjaan penting agar arah pengabdian mahasiswa tetap fokus, relevan, dan terukur sesuai konteks masyarakat.

Camat Tambakromo: Mahasiswa IPMAFA Bawa Semangat Baru ke Desa

Camat Tambakromo, Mirza Nur Hidayat, mengapresiasi kehadiran mahasiswa KKN IPMAFA yang membawa nilai-nilai Islam dan pesantren ke tengah masyarakat.

“Saya sangat senang ada KKN dari kampus berbasis nilai Islam. Ini akan menambah semangat pemberdayaan di Tambakromo,” katanya.

Ia menyoroti pentingnya peran mahasiswa dalam menjaga nilai-nilai religius masyarakat, khususnya setelah Tambakromo pernah menjadi sasaran misi penyebaran agama asing di masa lalu. Tambakromo sendiri memiliki potensi besar, dari pertanian, konveksi, industri mebel dan batik, hingga wisata religi seperti Goa Larangan dan Sego Tewel.

Camat Kembang: Dorong UMKM dan Wisata Lewat KKN

Camat Kembang Jepara, Ahmad Widiyanto, SE., MM., memaparkan beragam potensi wilayahnya yang dikenal sebagai miniatur Jepara. Wilayah ini memiliki kombinasi alam yang kaya, industri lokal, hingga proyek energi strategis seperti PLTU dan pelabuhan.

“Potensi wisata dan UMKM sangat besar di Kembang. Mahasiswa KKN IPMAFA bisa membantu memasarkan dan mengembangkan branding lokal kami,” katanya.

Ia menjelaskan berbagai potensi desa, dari kopi dan madu di Dudakawu, industri arang dan batik ecoprint di Bucu, hingga wisata air dan bumi perkemahan di Sumanding. “Dengan pendekatan ABCD, kami yakin mahasiswa bisa menjadi katalis perubahan yang kami butuhkan,” tambahnya.

Menuju Desa Cerdas yang Islami dan Mandiri

KKN IPMAFA tahun ini berbeda karena tidak datang dengan program siap saji dari kampus. Sebaliknya, mahasiswa didorong untuk melakukan observasi partisipatif, memetakan aset, menyusun program dari bawah, dan melibatkan warga sebagai bagian dari solusi.

Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM), Ahmad Nashirudin, salah satu narasumber pembekalan, menegaskan bahwa Masyarakat bukan objek, tetapi subjek dalam pembangunan. Mereka memiliki aset yang berharga untuk dikembangkan. Inilah inti dari pendekatan ABCD.

Dengan pendekatan ini, KKN IPMAFA berupaya mendorong desa untuk berkembang dari dalam berbasis potensi nyata, bukan hanya berdasarkan kebutuhan yang dipaksakan dari luar.

Membangun dengan Partisipasi, Mengabdi dengan Hati

Pembekalan KKN IPMAFA 2025 menjadi landasan penting untuk mencetak mahasiswa sebagai arsitek perubahan desa, yang bekerja bukan hanya dengan akal, tapi juga dengan hati dan empati.

“Semoga mahasiswa bisa memaksimalkan pembekalan ini, agar saat KKN nanti, ide-ide mereka bisa benar-benar membawa dampak dan terarah dengan metode yang kuat,” pungkas Wakhrodi.

Melalui tema Smart Village berbasis Kearifan Lokal, IPMAFA mengajak mahasiswa untuk berperan aktif membangun desa yang cerdas, mandiri, dan berakar pada kekuatan tradisi dan nilai Islam. (Sis/MZ)

Posting Komentar

0 Komentar