Bonggol Jagung Jadi Pupuk, KKN IPMAFA Dharmawangsa Giatkan Pertanian Ramah Lingkungan

KKN IPMAFA, Jepara, 4 Agustus 2025 – Bonggol atau janggel jagung yang selama ini dianggap sampah dan hanya dibakar, kini bertransformasi menjadi sumber daya bernilai tinggi.

Hal itu dibuktikan melalui kegiatan Pelatihan SADAP (Sampah Diolah Pupuk) dan Pengendalian Hama Alami yang digelar oleh Kelompok KKN Pemberdayaan IPMAFA Dharmawangsa di Aula Balai Desa Pendem, Kecamatan Kembang, Kabupaten Jepara.

Kegiatan yang berlangsung pada Senin (4/8) pukul 10.00–13.30 WIB ini menghadirkan dua narasumber berpengalaman, yakni Kyai Ali Mustofa dan Ari Subekti dari komunitas JAMPISAWAN Juwana.

Sebanyak 10 peserta yang terdiri dari perwakilan kelompok tani, karang taruna, serta perangkat desa antusias mengikuti jalannya pelatihan.

Masyarakat Desa Pendem selama ini belum memanfaatkan bonggol jagung. Sisa panen tersebut kerap dianggap tidak berguna hingga akhirnya dibakar, padahal pembakaran justru berpotensi merusak lingkungan.

Selain itu, kebiasaan penggunaan pupuk dan pestisida kimia masih tinggi, yang berdampak pada penurunan kualitas tanah dan tingginya biaya produksi.

Penanggung jawab kegiatan Siti Nur Muharramah menjelaskan bahwa tujuan utama pelatihan ini adalah memberikan pengetahuan praktis kepada petani agar bisa memanfaatkan potensi lokal, mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia, dan memangkas biaya pertanian.

Kegiatan dibuka dengan sesi perkenalan serta pemaparan masalah nyata yang dihadapi para petani.

Narasumber menekankan bahwa pengendalian hama dan pemeliharaan tanah bisa dilakukan dengan pendekatan alami.

Dalam paparannya, Kyai Ali Mustofa menegaskan bahwa salah satu faktor munculnya hama adalah pola tanam yang tidak teratur, seperti jarak tanam yang terlalu rapat sehingga menimbulkan kelembaban tinggi.

Ia mendorong petani untuk lebih memperhatikan pola tanam yang sehat.

Sesi berikutnya dipandu Ari Subekti yang mempraktikkan langsung pembuatan pupuk organik dari bonggol jagung, kotoran hewan, tetes tebu (molase), air kelapa, dan air cucian beras.

Prosesnya sederhana, murah, dan ramah lingkungan. Peserta bahkan diajak membungkus hasil pupuk yang harus difermentasi selama tujuh hari sebelum siap digunakan.

Dari Tidak Tahu Jadi Tertarik

Masduki, perwakilan Kelompok Tani Sidorejo, mengaku terkejut setelah mengetahui bahwa bonggol jagung bisa diolah menjadi pupuk.

“Selama ini janggel jagung hanya saya anggap sampah. Baru kali ini saya tahu manfaatnya, dan saya tertarik untuk mencoba membuat pupuk organik sendiri,” ungkapnya.

Sementara itu, Suharto, Ketua Kelompok Tani Sidomulyo 2 sekaligus Ketua GAPOKTAN Desa Pendem, menyampaikan rencana tindak lanjut.

“Ke depan, kami akan mengadakan pelatihan lanjutan bersama Pak Ari dan Kyai Ali agar para petani di desa ini bisa lebih mandiri dalam mengelola pertanian organik,” ujarnya.

Pelatihan yang ditutup dengan foto bersama ini diharapkan menjadi langkah awal bagi masyarakat Desa Pendem menuju pertanian berkelanjutan dan ramah lingkungan.

Melalui gerakan sederhana memanfaatkan limbah pertanian, para petani tidak hanya menjaga kesuburan tanah, tetapi juga bisa menghemat biaya serta menekan ketergantungan terhadap pupuk kimia.

Fathul Wahab Abdurrahman, Koordinator Desa KKN Dharmawangsa, menambahkan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari komitmen mahasiswa IPMAFA dalam mendampingi masyarakat desa agar lebih kreatif, mandiri, dan berdaya melalui inovasi lokal. (Fathul Wahab Abdurrahman/MZ)

Posting Komentar

0 Komentar