Dalam lokakarya ini, mahasiswa KKN IPMAFA meluncurkan sebuah aplikasi sederhana yang memungkinkan warga mengakses informasi seputar layanan administrasi, jadwal kegiatan desa, hingga promosi produk UMKM lokal secara digital.
Koordinator KKN Argantara, Teguh Prasetyo menjelaskan kegiatan tersebut digelar sebagai wujud kontribusi mahasiswa dalam memajukan desa melalui inovasi dan pelestarian nilai-nilai lokal.
Menurutnya kegiatan ini bukan sekadar forum presentasi, melainkan momentum penting yang menandai langkah awal digitalisasi layanan desa berbasis kearifan lokal.
“Smart village menurut kami bukan hanya soal digitalisasi, tapi bagaimana desa dapat tumbuh mandiri dan cerdas dengan memanfaatkan potensi lokalnya secara maksimal,” ujar Teguh.
Lokakarya ini dihadiri oleh berbagai elemen penting desa, termasuk Kepala Desa Cepogo, Sunaryo, perangkat desa, Dosen Pembimbing Lapangan Irma Nur Af'idah, tokoh masyarakat, Gerakan Pemuda Ansor, Pimpinan Ranting IPNU, KWT Srikandi, Karang Taruna, hingga kepala MIN 1 Cepogo.
Kurang lebih 20 peserta aktif terlibat dalam sesi diskusi mengenai masa depan Desa Cepogo yang digadang menjadi desa cerdas berbasis budaya.
Dalam sambutannya, Sunaryo menyampaikan apresiasi atas kreativitas dan kepedulian mahasiswa.
“Kami sangat mendukung adanya sinergi antara teknologi dan kearifan lokal. Harapannya, ide-ide dari adik-adik mahasiswa ini bisa menjadi inspirasi bagi warga untuk terus berkembang tanpa meninggalkan identitas budaya desa,” tutur Sunaryo.
Selain aplikasi digital, tim KKN Argantara juga memaparkan inisiatif pemberdayaan melalui digitalisasi data kependudukan, pengembangan media edukasi berbasis cerita rakyat, serta promosi UMKM melalui kanal digital.
Tidak hanya teknologi, KKN Argantara juga mengusung program keberlanjutan melalui pemanfaatan tanaman toga dan penanaman bibit kelapa kopyor, sebagai bentuk dukungan terhadap ketahanan pangan dan ekonomi desa.
“Pendekatan kami berakar pada kolaborasi. Kami libatkan warga, tokoh desa, dan kelompok pemuda dalam setiap proses. Kami percaya, kemajuan desa harus berpijak pada kekuatan lokal,” tambah Teguh.
Acara lokakarya ditutup dengan sesi masukan dari warga dan perangkat desa, dilanjut foto bersama sebagai simbol dukungan terhadap keberlanjutan program.
Masyarakat Desa Cepogo menyambut baik ide-ide yang dibawa mahasiswa, berharap agar program ini tetap hidup dan berkembang pasca-KKN.
Dengan pendekatan yang menggabungkan teknologi dan nilai-nilai lokal, KKN Argantara IPMAFA berupaya menghadirkan model smart village yang membumi.
"Lokakarya ini menjadi titik tolak transformasi digital yang tidak melupakan akar budaya, dan menjadi contoh nyata kolaborasi mahasiswa dan desa dalam membangun masa depan bersama," pungkas Teguh. (Nayla Karima/MZ).
0 Komentar