Monev KKN Soroti Bazar Tanpa Konsep Jelas, Prinsip Pemberdayaan Harus Jadi Ruh Program

Foto Bersama Tim Monev IPMAFA bersama Kelompok KKN Desa Mangunrekso, Sabtu (16/8/2025).

KKN IPMAFA, Pati – Sabtu (16/8/2025), Panitia Kuliah Kerja Nyata (KKN) Institut Pesantren Mathali’ul Falah (IPMAFA) kembali melaksanakan Monitoring dan Evaluasi (Monev) Tahap I di lima desa Kecamatan Tambakromo, yakni Sinomwidodo, Keben, Mojomulyo, Mangunrekso, dan Tambaharjo.

Tim monev dipimpin langsung oleh Agus Syakroni, M.Pd., didampingi panitia KKN Ahmad Habiburrohman Aksa, M.Ag. dan Muhamad Zakka, S.Pd.I.

Dalam evaluasi, Agus menyoroti salah satu program kelompok mahasiswa berupa bazar kolaborasi dengan warga dalam rangka peringatan HUT ke-80 Kemerdekaan RI.

Secara konsep, bazar itu diharapkan menjadi sarana edukasi tentang jajanan sehat, bersih, dan ramah anak. Namun, dalam pelaksanaannya, Tim Monev tidak menemukan arah tersebut dalam rancangan mahasiswa.

“Bazar itu jangan sekadar menjajakan makanan. Apa bedanya dengan keramaian biasa kalau hanya orang jualan dan beli? Bagaimana kemasan acaranya, ada tontonan atau voucher belanja? Sponsorshipnya dari mana? Dan apakah sebelumnya ada pelatihan tentang jajanan sehat dan bersih?” tanya Agus kritis.

Ia menekankan bahwa mahasiswa perlu mengkaji ulang konsep bazar agar tidak berhenti sebagai acara seremonial.

“Masih ada waktu, silakan dikaji ulang. Pastikan ada tujuan jelas yang membedakan bazar ini dari sekadar pasar malam atau keramaian biasa,” pesannya.

Selain bazar, Agus juga mengevaluasi program taman pendidikan ramah anak yang digagas salah satu kelompok KKN. Menurutnya, konsep besar itu bagus, tetapi implementasinya harus lebih konkret.

“Kalau hanya berhenti pada sosialisasi, mustahil terwujud. Harus ada kegiatan nyata seperti mewarnai, kolase, menggambar, atau integrasi dengan karang taruna serta edukasi jajanan sehat,” ujarnya.

Agus juga menyoroti pentingnya prinsip pemberdayaan yang berkelanjutan. Ia mencontohkan program pelatihan pembuatan puding berbahan kacang hijau yang diperuntukkan kelompok PKK setempat.

“Kalau setelah pelatihan hanya individu yang melanjutkan, itu bukan pemberdayaan. Harapannya kelompok PKK-lah yang melanjutkan, bukan perorangan. Karena prinsip dasar pemberdayaan adalah memastikan aktor kolektif yang melanjutkan program, agar dampaknya lebih luas,” tegasnya.

Foto Bersama Tim Monev IPMAFA bersama Kelompok KKN Desa Keben, Sabtu (16/8/2025).

Tak lupa, Agus menekankan peran penting Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) dalam memastikan arah program mahasiswa tetap sesuai tujuan.

“Kuncinya ada di DPL. Saya pun tidak serta merta menganulir program mahasiswa, karena pasti langkah mereka sudah melalui kesepakatan dengan DPL. Kehadiran monev bukan untuk mengganti program, tapi menilai apakah pelaksanaannya sesuai dengan perencanaan,” jelasnya.

Agus menegaskan bahwa tim monev tidak bisa serta merta merubah program di lapangan, melainkan hanya memberikan rekomendasi atau opsi perbaikan.

“Kita berbekal standar penilaian, apakah program sesuai dengan perencanaan atau tidak. Dari situ muncul skor. Kalau ada program yang tidak bisa dijalankan, kami hanya bisa memberi rekomendasi, bukan merombak,” pungkasnya.

Monev KKN IPMAFA sendiri merupakan instrumen penting untuk memastikan program mahasiswa benar-benar berdampak dan berkelanjutan.

Evaluasi di Tambakromo ini kembali menegaskan bahwa pemberdayaan masyarakat harus punya arah jelas, berkelanjutan, dan tidak berhenti pada kegiatan temporer semata. (MZ)

Posting Komentar

0 Komentar