Kegiatan ini bertempat di rumah salah satu jamaah yasinan Ibu Muslimat dan diikuti sekitar 60 peserta, terdiri dari 50 anggota Ibu Muslimat dan 10 mahasiswa KKN.
Pelatihan ini digagas sebagai upaya meningkatkan keterampilan warga dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga secara mandiri sekaligus membuka peluang usaha kecil.
Sabun cuci piring dipilih karena merupakan kebutuhan sehari-hari, sehingga keahlian membuatnya tidak hanya dapat mengurangi pengeluaran rumah tangga, tetapi juga bisa menjadi produk lokal bernilai ekonomi.
Kordes KKN Gramadhira, M. Adi Fariza, menjelaskan kegiatan ini merupakan bagian dari program pemberdayaan ekonomi masyarakat.
“Kami berharap, pelatihan ini menjadi bekal bagi warga untuk lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga, sekaligus memberi peluang usaha yang bisa meningkatkan kesejahteraan,” ujarnya.
Syal Sabila, penanggung jawab program sekaligus narasumber, memandu peserta dalam praktik langsung pembuatan sabun.
Bahan-bahan yang digunakan meliputi biang sabun, air, cairan penambah busa, pewangi, dan pewarna.
Setelah semua bahan dicampur dan diaduk hingga merata, sabun siap digunakan maupun dikemas.
Banyak dari peserta tertarik untuk mencoba kembali di rumah, bahkan sebagian meminta sabun hasil praktik untuk dibawa pulang.
Sebagai bentuk apresiasi, KKN Gramadhira membagikan sabun hasil produksi dengan merek “RESIK” kepada seluruh peserta.
Salah satu warga, Ibu Jum, mengaku sangat terbantu dengan adanya pelatihan ini. “Wah, ini bisa menghemat pengeluaran dan juga bisa dijual,” ujarnya dengan penuh semangat.
Kepala Desa Sitirejo, dalam sambutannya, menyampaikan apresiasi atas inisiatif mahasiswa KKN.
“Kami menyambut baik program ini karena sangat relevan dengan kebutuhan masyarakat. Keterampilan seperti ini penting untuk membangun kemandirian ekonomi keluarga dan meningkatkan kesejahteraan warga,” ungkapnya.
Kegiatan ini dilaksanakan beriringan dengan rutinan yasinan keliling Ibu Muslimat yang digelar pukul 18.30 WIB. Pada jeda acara, mahasiswa KKN mengisi waktu dengan pelatihan, sehingga kegiatan keagamaan sekaligus menjadi ruang pemberdayaan masyarakat. (Nirmala Fadliyah/MZ)
0 Komentar